Seperti perkuliahan sebelumnya, Pak
Marsigit memberikan aba aba untuk mempersiapkan rekamannya untuk dijadikan
refleksi. Beliau juga mengatakan bahwa pda pertemuan kali ini adalah pertemuan
terakhir dari rangkaian kelas terakhir yang lain. Beliau juga mengajak para
mahasiswa untuk berdoa terlebih dahulu menurut ajaran dan kepercayaan masing –
masing. Pada kuliah kali ini bukan seperti kuliah biasanya, tetapi beliau
menerangkan tentang soal soal ujian yang akan dikerjakan dirumah (take home).
Beliau menjelaskan untuk mencari referensi tentang penerapan hermeneutika dalam
pembelajaran IPA di google tidak akan pernah ditemukan. Yang pertama beliau
menjelaskan tentang hermeneutika terhadap pendidikan. Keunggulan dari filsafat
yaitu mengadakan yang belum ada menjadi ada, seperti IPA ada ontologisnya dan
ada hakikinya, hermenenutika ada hakikinya, dan spiritual juga ada hakikinya.
Hermeneutika merupakan konsep dari
berkomunikasi, terjemah menterjemahkan. Dan Pak marsigit pun melayangkan
pertanyaan, apakah ada Pembelajaran IPA yang tanpa terjemah dan menterjemahkan?
Dan ternyata tidak ada. Tidak hanya IPA saja, kesemua ilmu tetap ada terjemah
dan menterjemahkan. Sedikit orang yang punya visi dan misi dikarenakan belum
terbuka akan penerapan hermeneutika dalam pembelajaran IPA. Apa sih yang
dimaksudkan dengan hermeneutika atau terjemah menterjemahkan. Dalam bahasa praktisnya
adalah interaksi, bagaimana mendorong
mengembangkan interaksi dalam proses belajar mengajar IPA. Karena sebenarnya
hakekat ilmu adalah interaksi, bahasa bukan hanya sekedar bahasa. Hermeneutika
merupakan filsafat bahasa, yang dapat berarti bahwa interaksi. Jadi sesungguhnya
filsafat bahasa merupakan apa yang sudah kita ketahui, tetapi menggunakan
teknik bahasa yang lain. Bahasa seperti ini tidak akan pernah diketahui selama
orang yang ingin mengetahuinya tidak mau belajar. Hermeneutika merupakan unggah
ungguhnya filsafat, orang yang tidak mengetahui filsafat tidak akan mengetahui
yang namanya hermeneutika. Pak Marsigit menjelaskan dengan memberikan gambaran
seperti bahasa para abdi dalem kepada sang raja, tidak akan penah diketahui
oleh orang biasa lainnya.
Kemudian pak Marsigit menjelaskan
mengenai Phenomenology dalam pembelajaran IPA. Phenomenology merupakan rumah
epoke nya filsafat. Yang merupakan reduksi yang didalamnya ada abstraksi dan
idealisasi. Sehebat hebat percobaan apapun dalam IPA, sampai dengan percobaan
yang paling canggih seperti peluncuran pesawat keluar angkasa, maka akan tetap
melakukan reduksi (pemilihan), fokus terhadap apa yang akan diteliti. Dalam
sebuah mempelajari sebuah ilmu, hendaknya lah kita tidak berburuk sangka
(produce) sehingga ilmu yang kita akan mendapatkan ilmunya dengan baik.
Kemudian Pak Marsigit menjelaskan
tentang Pengembangan Intuisi dalam Pembelajaran IPA, intuisi tidak hanya
berasal dari pengalaman saja. Beliau menjelaskan seperti mengerjakan matematika
juga merupakan intuisi, dikarenakan karena sering mengerjakan sehingga kelak
bisa saja mendapatkan teorema teorema baru. Seperti seorang anak yang belajar
hal baru, seperti seorang yang sudah tua mengikuti pengajian pengajian sehingga
secara intuitif mendapatkan spiritualitasnya.
Kemudian Pak Marsigit mendapatkan
pertanyaan tentang Bakat, Bakat merupakan berhubungan dengan genetika. Secara
orang awam, bakat dapat diartikan sebagai bakat menyanyi, banyak menari, bakat
matematika. Dan secara umum bakat bisa juga seperti bakan punya penyakit, dan
joke nya pak marsigiti bakat punya isteri banyak. Tetapi secara spiritual,
bakat itu diturunkan melalui doa. Seperti seorang yang ahli doa dan ahli kitab,
dimungkinkan bahwa dahulu kakek moyangnya adalah orang yang ahli doa dan ahli
kitab.
Pertanyaan :
- Seberapa besar pengaruh Hermeneutika dalam Pembelajaran IPA?
- Intuisi merupakan sesuatu dalam dalam belajar, tetapi bagaimana jika kita tidak mengetahui intuisi itu sendiri?
0 Komentar untuk "Hermeneutika, Phenomenology dan Intuisi dalam Pembelajaran IPA"
Mohon Komentar yang di Posting tidak mengandung SARA, PORNOGRAFI dan lain-lain.
Best Regard,
^.^