Oleh : Arief Ramadhan
Arief :
Wahai teman, apakah yang engkau maksudkan dengan "Memantaskan Diri" itu? Aku tak mengerti dengan apa yang engkau maksudkan?
Begawat Cinta :
Ya, aku pun tak mengerti apa yang dimksud dengan "Memantaskan Diri" itu.
Arief :
Lah, terus kenapa engkau berani meberikan alasan kepada kami untuk "Memantaskan Diri"?
Begawat Cinta :
Bagus,, awal pertanyaan yang baik. Karena engkau mulai bertanya, aku akan menjawabnya. Karena awal dari filsafat itu adalah bertanya.
Arief :
Lantas??
Begawat Cinta :
Baik, kita akan mulai belajar "Memantaskan Diri" dari sebuah true story. Ikhwan, sebut saja namanya seperti itu. Dia seorang aktivis dakwah kampus, berkepribadian santun dan tenang, tidak banyak omong dan pandai bergaul.
Arief :
Terus,, apa hubungannya dengan "Memantaskan Diri"?
Begawat Cinta :
Sebentar, janganlan engkau terburu mendeterminasi saya. Saya belum selesai bercerita, maka dengarkanlah baik-baik dan bersabar. Itu akan membuatmu meluluhkan kesombonganmu.
Arief :
Baik, lanjutkan.
Begawat Cinta :
Beberapa bulan setelah saya dan ikhwan wisuda dari kampus kami. Selang 6 bulan dia mengirim surat undangan pernikahan kepada saya. Dalam benakku, begitu cepat dan langsung nikah saja.
Arief :
Terus, dia menikah dengan siapa sehingga engkau memberinya kata "Mamantaskan Diri"?
Begawat Cinta :
Dia mendapatkan jodoh yang sangat - sangat istimewa. Seorang wanita yang lembut, dan bersahaja. Penuh aura keibuan dan sangat menenangkan. Tak banyak bicara namun tak terkesan cuek atau angkuh..
Arief :
Apa yang dirasakan si Ikhwan tersebut?
Begawat Cinta :
Diapun mengatakan bahwa ia sangat-sangat bahagia dan gembira. Istrinya yang tak pernah ia bayangkan, wanita yang kini menemani hidupnya sangat membuat dia semakin bersemangat beribadah. Meningkatkan gairah hidupnya untuk terus memperbaiki diri, hanya karena seorang wanita.
Arief :
Lantas, apa yang dimaksud dengan "Memantaskan Diri" itu?
Begawat Cinta :
Ketika engkau mampu mencerna cerita diatas, maka engkau akan memahami apa itu yang namanya "Memantaskan Diri" itu.
Tag :
Filsafat Ilmu
2 Komentar untuk "Elegi Memantaskan Diri"
baguuuus... (^^,)bb
_tak lanjutin, ngarang2 dikit ya..
Begawat Cinta : kok kamu nggak nanya siapa yang menjadi pendamping hidup si ikhwan itu to Rief..?!
Arief : baut apa saya menanyakannya?
Begawat Cinta : supaya kamu dapat "Memantaskan Diri" dan menyamakan-frekuensi seperti dia..
Bukan aku tak ingin menanyakan siapa yang menjadi pendamping hidup si Ihkwan? Tetapi aku belum sanggup untuk mencapai apa yang dimaksud dengan kata "Memantakan Diri" tersebut.
Mohon Komentar yang di Posting tidak mengandung SARA, PORNOGRAFI dan lain-lain.
Best Regard,
^.^