Seperti yang telah di terangkan oleh
Bapak Dr. Marsigit, adapun objek dari filsafat itu berasal dari yang ada sampai
yang mungkin ada. Filsafat itu bisa ditelakkan didepan apa saja, filsafat
pendidikan, filsafat mimpi, filsafat filsafat juga ada. Filsafat juga mempunyai
aturan yang mengatur. Dalam berfilsafat juga kita dapat mandiri (sendiri),
berkelompok, bersama-sama, berfilsafat dasar negara, maupun berfilsafat dunia.
Tetapi, dalam refleksi kali ini saya
akan lebih membahas kepada salah satu materi yang sangat-sangat saya tangkap
dari pengutaraan Pak Marsigit. Adapun saya mengambil judul “The Power of "Cinta" – Sang Penguasa Hati”. Kenapa?? Saya akan sedikit bercerita.
Disuatu daerah terpencil, tinggal
seorang anak dan seorang ibu yang hidupnya pas-pasan. Pada suatu saat, ibu nya
si anak mengalami sakit keras. Kemudiaa sang anak membawanya ke puskesmas
terkedat. Sesampainya di Puskesmas, sang perawat menyarankan agar ibunya segera
di rujuk ke Rumah Sakit. Sang anak bingung, tetapi karena cintanya dengan sang
ibu. Ia pun mengindahkan usulan sang perawat. Sesampainya di Rumah Sakit, sang
anak lebig terkejut lagi setelah sang anak mendapat penjelasan dari sang
Dokter. Dokter pun berkata “Nak, ibu kamu harus segera dioperasi. Terdapat
tumor ganas yang ada di otaknya, jikalau tidak kemungkinan ibumu salamat sangat
kecil”. Menangis sang anak seketika itu, dan ia pun bertanya kepada Dokter
“Berapakah dana yang mesti diperlukan?”. Dokter “Sekitar 10-an juta lebih”.
Sang anak bingung, mungkin dalam fikiran kita tidak akan mungkin seorang anak
yang hidupnya pas-pasan untuk mendapatkan uang yang begitu besar baginya.
Itulah fikiran kita, tetapi beda dengan apa yang diceritakan dengan hati.
Dialah ALLAH yang membolak balik kan hati. Dengan kekuatan cinta ke ibu yang ditiupkan
TUHAN kepada kita, tidak ada yang namanya tak mungkin. Mungkin bisa saja si
anak bersemangat meninjam uang kemana saja kepada yang ia kenal hinggal
terkumpul 10 juta. Dan akhirnya si Ibu pun dioperasi.
Seperti itulah yang disimpulkan oleh pak
Marsigit sendiri, berfikir itu dalam fikiran (otak), cinta itu dalam hati. Dan
setinggi-tingginya fikiran/ilmu yang kamu miliki tidak akan bisa mengetahui isi
relung hati apalagi orang lain. Dan mengapa juga kita ketika sedih pasti
menangis, ketika gembira kita tertawa. Kita tidak akan pernah mengetahui,
karena bukan kita yang memiliki hati. Ada yang lebih memiliki hati kita, kita
hanya dititipkan hati itu. Hati akan baik jika kita membawanya kepada kebaikan,
hati akan buruk jika kita membawanya ke kejelekan.
“Barang Siapa Mengenal Dirinya, Maka Sungguh Dia Akan
Mengenal Tuhannya
(Ali Bin Abi Thalib)”
“Untuk Mencapai Hati, Maka
Lepaskanlah Terompahmu”
Kesimpulan :
1.
Kekuatan
Cinta (Hati) itu lebih besar daripada Kekuatan Fikiran.
2.
Cintamu
dapat mengalahkan Fikiranmu.
3.
Hati-hati
dengan hatimu, karena hatimu dapat menguasai fikiranmu.
4.
Ada
dan yang mungkin ada, yang ada itu dalam dirimu, dan yang mungkin ada itu
adalah yang ada diluar fikiranmu.
Pertanyaan :
1.
Mungkin
selama ini kita telah banyak mengetahui, ketika seseorang berbuat sesuatu lebih
banyak mereka menggunakan fikirannya daripada hatinya. Apakah ini yang
menjadikan bangsa Indonesia miskin moral ?
2.
Ketika
hati (spiritual) disejalankan dengan fikiran ketika berbuat sesuatu, apakah
Indonesia akan bangkit?
Tag :
Refleksi Filsafat Ilmu
0 Komentar untuk "The Power of "Cinta" - Sang Penguasa hati"
Mohon Komentar yang di Posting tidak mengandung SARA, PORNOGRAFI dan lain-lain.
Best Regard,
^.^